Jumat, 14 Desember 2012

Mengkaji Perang Melalui Perspektif Psikologi

Oleh: Muhamad Erza Wansyah

Sejarah bercerita, telah banyak perang yang terjadi di dunia ini, mulai dari tingkat ras, suku, hingga negara. Selaras dengan banyaknya fenomena peperangan yang terkisahkan, banyak pula disiplin ilmu yang mengkaji peperangan dari berbagai sudut pandang dari tiap disiplin ilmu yang ada, ilmu psikologi merupakan salah satunya. Psikologi dapat masuk untuk mengkaji perang tidak lain disebabkan karena dalam peperangan, terdapat individu-individu yang merupakan subjek pembahasan ilmu psikologi.

Secara konvensional, perang diidentikkan dengan tindak kekerasan sebuah kelompok dengan kelompok lainnya. Hal ini tidak lepas dari hakikat dasar manusia yang memiliki orientasi tinggi dalam melakukan kekerasan. Sigmund Freud, tokoh psikologi ternama berpendapat, secara genetik manusia memiliki pembawaan lahiriah untuk cenderung melakukan kekerasan (Freud, 1932/1951). Bandura mengambil sudut pandang lain dalam memandang tindak kekerasan. Beliau menjelaskan, tindak kekerasan (agresi) pada manusia merupakan hasil dari belajar sosial (Bandura, 1986). Keadaan situasional dari lingkunganlah yang merupakan faktor utama manusia melakukan kekerasan.

Inilah yang menjadi dasar terjadinya peperangan. Dua tokoh di atas telah memberikan jawaban untuk pertanyaan tentang alasan peperangan yang sering diutarakan banyak orang. Sifat dasar manusia, yang cenderung berbuat kekerasan ialah kunci dari timbulnya peperangan. Namun, tidak secara mentah-mentah tindak kekerasan manusia menjadi faktor utama timbulnya peperangan. Seperti telah dibahas dalam kajian psikologi massa, gerakan massa merupakan gerakan yang diarahkan oleh seseorang atau beberapa sosok yang dianggap memiliki bergaining dalam sebuah kelompok. Sosok tersebutlah yang mendapatkan peran terpenting dalam gerakan sebuah kelompok. Oleh karenanya, seringkali tindakan kolektif dari sebuah kelompok merupakan tindakan manifestatif hasil interpretasi seseorang yang menjadi sosok dalam kelompok tersebut.

Pemaparan awal mengenai penyebab perang ditemukan dalam buku Thucydide yang berjudul History of the Peloponnesian War seputar konflik berdarah antar negara Yunani, Sparta dan Athena lebih dari 2400 tahun lalu. Thucydide seorang realist yang dianggap sebagai psikolog politik pertama, mengatakan, pemicu konflik berdarah antara Spartans dan Athenians adalah ketakutan dari kedua belah pihak. Ketakutan pemimpin Spartans yang menganggap Athenians semakin luas melakukan doktrinisasinya untuk melebarkan teritori. Serta, ketakutan pemimpin Athenians yang menganggap Spartans memiliki kekuatan militer kejam yang bertekad bersaing dengan mereka untuk mendapatkan kekuasaan tertinggi atas seluruh Yunani. Ketakutan dua pemimpin itu terlampiaskan pada pernyataan perang dari mereka. Sehingga, anggota-anggota lain yang belum tentu merasakan ketakutan yang dirasakan oleh pemimpinnya, terpaksa berpartisipasi dalam peperangan berdarah antara Spartan dan Athena.

Senin, 19 November 2012

Dimanja Teknologi, Melupakan Warisan Ibu Pertiwi

Oleh : Muhamad Erza Wansyah*

 “Ilmu pengetahuan semakin banyak melahirkan keajaiban. Dongengan leluhur sampai pada malu tersipu. Tak perlu lagi orang berapa bertahun untuk dapat bicara dengan seseorang diseberang lautan. Orang Jerman telah memasang kawat laut dari Inggris sampai India! Dan kawat semacam itu membiak berjuluran ke seluruh permukaan bumi..”

Sebuah kutipan dari novel Bumi Manusia, karangan Pramoedya Ananta Toer, menggambarkan peliknya perkembangan teknologi yang melilit dunia. Menamai dirinya modernisasi, dan melupakan sejarah yang membangunkannya. Teknologi, betapa indah harga yang didapat saat orang memilikinya. Betapa mudah memiliki waktu santai saat orang menggunakannya. Namun, betapa sakit hati leluhur saat anak-cucunya mengabaikan warisannya hanya demi sebongkah besi pintar.

Indonesia, adalah negeri yang kaya akan budaya. Bangsa yang hadir dengan beragam warna. Menghiasi dirinya dengan permata hati. Melangkah pasti dengan ramah tamah, meski memiliki banyak harta. Namun, itu dulu, saat bangsa ini belum tersentuh budaya barat, beberapa abad yang lalu, saat para pewaris kebudayaan masih bernafas. Saat ini, bangsa Indonesia sulit membuka mata untuk melihat buah dari masa lalu. Benih-benih sejarah hanya sekedar tertanam di dalam tubuh Ibu Pertiwi, enggan merawat, terabaikan sia-sia.

Air mata Ibu Pertiwi menetes tiap waktunya, membasahi goresan pena dalam buku sejarah yang berdebu tertata rapi di almari, sedangkan tumpukan buku bangsa eropa  berada di atas meja belajar anak-anaknya. Ibu pertiwi menangis, melihat garuda merintih terlukai oleh dosa anak-anaknya. Tidak ada lagi moral, tidak penting lagi nilai, yang penting punya gak susah. Manusia Indonesia, tidak lagi seputih benderanya, darahnya tak lagi semerah sang pusaka.

Di Indonesia

Indonesia dulu, bangsa yang dikenal dengan kebersamaannya. Saat lingkungan tempat tinggal dirasa kotor, warganya berkumpul, bekerja sama membersihkan daerahnya. Saat ada tetangga yang meninggal, dengan tulus warga berbondong-bondong menghibur yang kehilangan. Anak-anak bermain bersama dengan senyum polosnya. Namun, teknologi hadir, menjadikan semuanya terasa mudah. Tak perlu lelah berkeringat demi kebersihan lingkungan, masyarakat tinggal menunggu atau memanggil petugas kebersihan untuk membersihkan sampah-sampah di sekitar tempat tinggal mereka. Saat ada kerabat yang meninggal, hanya dengan mengirimkan pesan singkat via telepon genggam, masyarakat sudah merasa bersimpati. Lalu, anak-anak sekarang, tak perlu lagi main bersama-sama di sebuah lahan kosong. Game online telah mempertemukan mereka di dunia maya dan cukup terbilang dapat cukup menghibur.


Senin, 29 Oktober 2012

Budaya Tradisi : Harta yang Terabaikan

Oleh : Muhamad Erza Wansyah*

Belakangan ini berkembang konsep budaya baru di tengah gejolak pergulatan ekonomi, politik, dan sosial di kalangan umat manusia. Budaya baru yang tidak memiliki pijakan identitas tetap karena selalu mengikuti kemana dan dimana minat konsumen pergi. Budaya populer, yang dikenal juga dengan istilah Pop-Culture, budaya baru yang seolah-olah telah melucuti satu-persatu nilai leluhur Rakyat Indonesia.

Budaya populer memiliki potensi besar dalam memengaruhi pandangan hidup masyarakat. Melalui keramahannya dalam menyapa minat pasar, masyarakat secara sadar maupun tidak sadar ditarik ke dalam zona nyaman bentukan budaya tersebut. Tarik saja contoh pada belantika musik tanah air. Beberapa waktu yang lalu, musik beraliran pop melayu memiliki popularitas tinggi, saat itu juga banyak bermunculan musisi-musisi yang menghidangkan lagu-lagu beraliran pop melayu. Sedangkan saat ini, akibat masuknya boyband-boyband Korea ke dalam belantika musik tanah air, bermunculan pula boyband-boyband asal Indonesia yang sedikit banyak meniru konsep boyband-boyband Korea. Hebatnya, keberadaan boyband-boyband tiruan ini dapat membuat reputasi musisi penyaji lagu pop melayu hampir membeku.

Kondisi seperti ini tidak terlepas dari minimnya pemahaman masyarakat akan dampak negatif budaya populer, budaya yang dibawa oleh bangsa barat, terhadap keberlangsungan budaya tradisi bangsa Indonesia. Jika dalam kurun waktu yang singkat saja tawaran baru dapat menggeser popularitas tawaran sebelumnya, pemberian para leluhur Indonesia yang telah lama disuguhkan, sesuatu yang telah dianggap sebagai tradisi, hanya akan menjadi dongeng yang ditulis dalam buku sejarah Indonesia. Tidak hanya itu, kemampuan berfilsafat yang rendah juga merupakan dampak negatif yang akan timbul saat penerapan budaya populer di masyarakat tidak juga diantisipasi. Pola pikir masyarakat dalam memandang sesuatu, nantinya hanya akan sebatas permukaan dan tidak lagi menjadikan kedalaman makna sebagai orientasi. Semisal para penggemar boyband Korea yang hanya menjadikan ketampanan personel sebagai alasan fanatismenya.

Indonesia adalah bangsa yang kaya. Tidak hanya di sektor sumber daya alamnya, Indonesia juga merupakan bangsa yang kaya akan budaya tradisi. Ketika sumber daya alam telah terkeruk oleh negara asing, budaya tradisi adalah harta yang harus dipertahankan. Namun, hingga saat ini kesadaran akan pentingnya budaya tradisi di masyarakat masih kurang. Masih banyak manusia Indonesia, dari strata atas hingga bawah, yang memakai kacamata populer untuk merujuk fenomena di negaranya. Padahal garis sejarah bangsa Indonesia dengan negara-negara pembawa budaya tersebut berbeda jauh. Yang lebih memprihatinkan, wabah populer juga menjangkit generasi muda, generasi yang disebut-sebut sebagai penerus bangsa, tunas dan harapan bangsa. 


Rabu, 17 Oktober 2012

Organisasi Sosial dan masalah Lingkungan


Oleh : Harisul Mahasin Makboel*

Semakin merebaknya isu tentang masalah lingkungan dewasa ini tidak lepas dari isu global warming yang juga mencuat dan terlihat cukup seksi untuk dibahas dan dikaji lebih mendalam. Meskipun demikian tidak semua orang peka terhadap permasalahan lingkungan yang sedang terjadi di tengah-tengah mereka, dan tampaknya hanya segelintir orang yang mungkin sangat prihatin mengamati kerusakan lingkungan yang tambah hari tambah menjadi-jadi di sekitar kita. Diantara orang-orang yang peduli tersebut biasanya memilih menjadi aktivis lingkungan yang tergabung di beberapa LSM dan atau organisasi lingkungan lainnya, tak jarang juga dalam aktivitasnya para aktivis lingkungan tersebut bergesekan dengan organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat, misalnya dalam perjuangannya di lapangan langsung maupun juga dalam pencarian data tentang apa yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan yang terjadi di lingkungan suatu masyarakat tertentu. Gesekan-gesekan tersebut biasa timbul karena adanya perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak, penyebabnya lagi-lagi adalah urusan “perut”, dimana kebanyakan organisasi sosial yang justru memanfaatkan peluang di bawah bendera organisasinya maupun karena alasan yang tidak pernah mereka sadari yaitu dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentingan lain yang berada di balik baju kekuasaan dan legalitas organisasi yang jauh lebih besar dibandingkan organisasi sosial tersebut.

Berbicara mengenai masalah lingkungan dan korelasinya dengan organisasi, sebenarnya kita tidak bisa mematok organisasi yang bergerak dalam satu bidang tertentu semisal organisasi sosial atau organisasi lingkungan saja, tetapi kita juga harus mengikutsertakan organisasi-organisasi terkait dalam perbincangan ini, disini tak hanya organisasi sosial dan lingkungan saja yang sebetulnya terlibat, tapi juga ada organisasi politik, organisasi ekonomi dan sebagainya baik yang berskala nasional maupun sampai kepada akarnya permasalahan yaitu organisasi berskala internasional yang turun ambil andil dalam petaka yang terjadi terhadap lingkungan hidup maupun lingkungan secara menyeluruh.

Tetapi saya sendiri lebih senang mengeneralisir organisasi-organisasi yang ada tersebut menjadi organisasi sosial saja, karena semua organisasi tersebut lahir dari hasil buah pemikiran masyarakat dan juga hadir dan ada di tengah-tengah masyarakat serta ikut hidup dengan lingkungan masyarakat yang ada, meskipun organisasi-organisasi tersebut memiliki karakter yang berbeda satu sama lain sesuai dengan kepentingannya masing-masing.

Independensi dalam mengemban mission HMI

Oleh : Arga Sevtyan Vallentyno*

Di usianya yang menginjak 65 tahun sejak didirikan pada 5 Februari 1947 yang lalu HMI telah mecapai usia yang matang sebagai lembaga yang memperjuangkan nilai-nilai keummatan dan kebangsaan. Melihat dari usianya tentu HMI adalah salah satu organisasi yang mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.Sejak didirikan HMI terus memperlihatkan eksistensinya dan memberikan banyak sumbangsih besar mulai dari mempertahankan kemerdekaan sampai mengawal kemerdekaan NKRI.Hal ini tentu tidak lepas dari peran para kadernya yang senantiasa loyal dan sungguh-sungguh mengemban mission HMI sehingga HMI eksis sampai hari ini.Nilai-nilai independensi yang merupakan dasar pemikiran dan tindakan kader HMI telah melekat pada tiap diri pribadi kader disegala bidang keilmuan yang dimiliki.

Nilai-nilai dasar independensi yang menjiwai pribadi kader-kader HMI mulai ditanamkan sejak dini mulai dari proses maperca (masa perkenalan calon anggota) dan diperdalam pada waktu calon kader mengikuti Latihan Kader 1 (basic training) sampai berproses di HMI sehingga nilai-nilai independensi ini terus melekat dan terbawa dalam kehidupan sehari-hari ketika para kader sudah habis masa keanggotaannya di HMI.Maka jika ada kader yang sudah jauh dari nilai independensi ini perlu dipertanyakan status keHMIannya.

Pengertian independensi sendiri adalah Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis yang didasarkan pada obyektifitas.Menurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas dan merdeka. Karenanya kemerdekaan pribadi adalah hak yang pertama. Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari pada kemerdekaan itu. Sifat dan suasana bebas dan kemerdekaan seperti diatas, adalah mutlak diperlukan terutama pada fase/saat manusia berada dalam pembentukan dan pengembangan. Masa/fase pembentukan dari pengembangan bagi manusia terutama dalam masa remaja atau generasi muda.

Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah ciri dari kelompok elit dalam generasi muda, yaitu kelompok mahasiswa itu sendiri. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis yang didasarkan pada obyektifitas yang harus diperankan mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik apabila mereka dalam suasana bebas merdeka dan demokratis obyektif dan rasional. Sikap ini adalah yang progresif (maju) sebagai ciri dari pada seorang intelektual. Sikap atas kejujuran keadilan dan obyektifitas.

Atas dasar keyakinan itu, maka HMI sebagai organisasi mahasiswa harus pula bersifat independen. Penegasan ini dirumuskan dalam pasal 7 AD HMI yang mengemukakan secara tersurat bahwa "HMI adalah organisasi yang bersifat independen.Sifat dan watak independen bagi HMI adalah merupakan hak azasi yang pertama.

Pembahasan independensi dalam khittah perjuangan selalu dikaitkan dengen kemerdekaan sebagai fitrah dasar manusia. Dalam tafsir independensi pada khittah perjuangan dikatakan:
“Secara fitrawi, manusia terlahir dengan membawa anugerah kemerdekaan dari Allah SWT. Kemerdekaan tersebut didasarkan pada anugerah Allah beupa akal dan hati yang membuat manusia memiliki kesadaran akan dirinya. Kemerdekaan yang sesungguhnya akan menjadi rahmat yang sebenar-benarnya bagi mausia bila disikapi dan diaktualisasikan berdasarkan petunjuk jalan yang benar dari Allah SWT.Kemerdekaan semacam ini bermakna pilihan yang sadar dan bertanggung jawab atas jalan hidup tertentu serta secara konsisten meninggalkan pilihan lainnya.”

Senin, 15 Oktober 2012

Neolib dan Kapitalis Jalan Menuju Kehancuran Rakyat INDONESIA

Oleh : Nanda Pratama (Nano)*

Salam Pembebasan!!

A. Kondisi Rakyat Terkini

Kondisi Indonesia hari ini tak ubahnya seperti kondisi jaman kolonial masih berkuasa, dimana rakyatnya masih bergumul dengan kesengsaraan, kata-kata kesejahteraan seakan hanya menjadi janji-janji yang sudah muak diperdengarkan untuk rakyat di negeri ini. Rakyat Indonesia masih hidup memprihantinkan, sedangkan pemimpin negeri ini hanya sibuk mengurusi kepentingan-kepentingan golongan untuk sesuatu yang pasti yaitu UANG dan KEKUASAAN.

Kondisi terkini, dimana rakyat masih hidup memprihatinkan, hak-hak hidupnya telah dirampas. Hal ini tercermin oleh adanya ketimpangan sosial yang terjadi, mereka yang hidup digaris kemiskinan tak medapatkan jaminan kesehatan dan pendidikan. Saat rakyat miskin sakit, mereka akan dipersulit dengan registrasi yang berbelit-belit dan mempersulit dan akhirnya seolah menyimpulkan bahwa " Orang Miskin Dilarang Sakit ", ketidak adilan bukan hanya terjadi dibagian kesehatan tapi juga terdapat pada dunia pendidikan, adanya program pendidikan WAJAR 12 Tahun hanya menjadi iming-iming yang tak dirasakan seluruh anak bangsa terutama mereka yang miskin. Pendidikan untuk rakyat miskin tak jarang pula diperjual belikan, kondisi dilapangan ini tentunya sudah diketahui oleh " Sang Penguasa ". Tapi mereka lebih suka bicara tentang politik kekuasaan .

B. Neoliberalisme dan Kapitalisme Membelenggu Rakyat.
Kondisi rakyat dinegeri ini yang kian memprihatinkan, hanya menjadi bahan tontonan dan diskusi "kosong" bagi para pemimpin negeri ini yang ujung-ujungnya tak pernah bermanfaat bagi rakyat. Mereka tahu kemiskinan telah merajarela negri yang kaya ini, tapi bagi mereka kemiskinan hanya menjadi angka yang fluktuatif, tak jarang mereka dengan "Congkak" memperdengarkan "Prestasi" semu bahwa mereka telah berhasil menekan angka kemiskinan dan pengangguran tanpa tahu bahwa dibalik itu semua hidup rakyat Indonesia semakin memprihatinkan.

Minggu, 14 Oktober 2012

Mewariskan Budaya = Mewariskan Kepribadian


Oleh : Muhamad Erza Wansyah*

Kepribadian adalah sebuah hal yang lekat dengan manusia. Setiap manusia pasti memiliki kepribadian. Dalam bahasa inggris, kepribadian dikenal dengan istilah personality yang berasal dari kata porospon atau  persona, yang artinya topeng. Seperti pada teater, topeng digunakan untuk menggambarkan ekspresi aktor yang memerankan sebuah skenario. Peran dan tingkah laku pada adegan teater tidak jauh dari penggambaran ekspresi seseorang pada topeng tersebut. Misalnya, aktor yang memakai topeng dengan wajah sinis, akan memainkan perannya sebagai seseorang yang bersikap dan bertingkah laku sinis.



Istilah kepribadian terkadang diidentikan dengan beberapa istilah yang bersifat psikologis, seperti watak, karakter, sifat, dan lain-lain. Namun telah banyak tokoh yang telah mendefinisikan kepribadian secara deskriptif. Semisal, salah satu tokoh psikologi ternama, Gordon Allport, yang mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi dinamik dalam system psikofisiologik seseorang yang menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya. Tokoh lain yang mendefinisikan kepribadian ialah Lawrence A. Pervin. Menurut Pervin, kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dan merespon suatu situasi.

Masih banyak tokoh lain yang mendefinisikan kepribadian selain dua tokoh yang dicontohkan diatas dengan deskripsi yang berbeda. Namun, disetiap definisi dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian adalah sesuatu yang menetap dalam diri manusia, yang secara otomatis menjadi landasannya dalam membentuk pola pikir dan bertingkah laku secara individu, maupun sosial, serta bersifat semipermanen. Secara umum, kepribadian seseorang dengan orang lain berbeda. Namun, spesifikasi kepribadian pada seseoramg juga memiliki keidentikan. Contohnya, Ari dan Beni sama-sama memiliki rasa humor yang tinggi (spesifik). Namun Ari berkarakter keras, sedangkan Beni cenderung pemalu dan tertutup. Jadi, jika akumulasikan, Ari dan Beni memiliki kepribadian yang berbeda.

Minggu, 07 Oktober 2012

Jawab Sang Matahari...



Oleh : Muhamad Erza Wansyah*


Matahari, kau panas..
Kau menyilaukan..
Bikin gerah..
Bisa apa kau?

Gara-gara matahari, kulitku jadi belang..
Gara-gara dia, kulitku melepuh..
Gara-gara dia, bau badanku menjadi-jadi..
Masa harus beli deodorant lagi??

Kata dokter, kau bisa bisa menyebabkan kulit kasar…
Flek-flek hitam jadi bermuculan..
Komedo makin menjamur..
Huft, bahkan kau dapat menciptakan kanker kulit..
Kenapa kau begitu jahat?
Jawab matahari, jawab!!!!

Salahku kah?
Kenapa? Kenapa kau selalu menghujatku?
Tak tahu kah kau bahwa ku lelah mengelilingi bumimu?
Tak pernah kau melihat niatku tuk menghidupimu?
Tak bisa kah kau bayangkan bumi tanpa cahayaku?
Bahkan kulahirkan hujan demi tenggorokan keringmu…

Jika kau merasa panas, kenapa kau tetap berlaku buruk..
Kau hanguskan hutan-hutan...
Kau penuhi bumimu dengan asap tranportasi..
Kau sebarkan gas harum demi keindahanmu..
Lalu, kau masih mau menyalahkanku?

Tanpaku, mungkin kau hanya bisa menggunakan pakaian basah..
Atau, kau habiskan bulu-bulu domba di alammu demi kehangatan..
Pohon hijau apa yang nantinya tumbuh?
Yang ada hanya birunya es yang beku..
Lalu apa fungsi kapal laut?

Tolak NII

Oleh : Iqbal Fajar Dwiranda*

Era pasca orde baru memberikan suatu euforia kebebasan seseorang ataupun kelompok tertentu dalam berideologi, yang mana sebelumnya nilai-nilai pancasila begitu diterapakan secara ketat di indonesia, seperti halnya kelompok-kelompok islam fundamentalis yang mempunyai gagasan keinginan untuk merubah azas bahkan ideologi negara indonesia menjadi berideologikan islam atau menjadi negara islam. Contohnya timbulnya gerakan Darul Islam (DI) yang kehadiranya mempunyai tujuan untuk berusaha mengubah negara bangsa menjadi negara agama islam, mengganti ideologi negara pancasila dengan islam versi mereka, atau bahkan menghilangkan NKRI dan menggantinya dengan khilafah islamiyah. 

Kelompok seperti ini memang terkadang beranggapan benar bahwa kekuasaan hanya milik Allah SWT, tetapi tak seorang pun yang sepenuhnya memahami kekuasaan Allah SWT. mereka mencoba merubah islam dari agama menjadi ideologi dimana islam menjadi dalih dan senjata politik untuk menkerdilkan dan menyerang siapapun dan kelompok manapun yang pandangan politik dan pemahaman keagamaanya berbeda dari mereka. Dalih memperjuangkan islam sebenarnya adalah memperjuangkan suatu agenda politik tertentu dengan menjadikan agama mayoritas yaitu islam sebagai kemasan dan alat politiknya. Langkah ini dinilai memang ampuh karena orang yang melawan mereka dianggap melawan islam yang mana masyarakat kita mayoritasnya beragama islam. Pada saat yang sama kelompok tersebut juga berdalih memperjuangkan dan membela islam, mereka berusaha menolak budaya dan tradisi yang selama ini telah mengakar kuat di kehidupan bangsa indonesia, mereka ingin menggantinya budaya dan tradisi dan budaya islam.

Dengan melihat dan menganalisis maksud dibalik tujuan pembentukan negara yang berideologikan islam, saya pribadi menolak keras tentang segala konsep apapun mengenai pembentukan  indonesia sebagai negara yang berideologikan islam. Karena menurut saya hal ini akan menghianati pancasila maupun diman nantinya akan timbul perpecahan bangsa dan di dalam islam sendiri ini akan menghilangkan nila-nilai luhur islam dari agama agama yag penuh dengan kasih sayangdan toleran menjadi bentuk ideologi yang sempit dan kaku. Selain itu saya juga menganalisis bahwa timbulnya gerakan islam garis keras tersebut merupakan salah satu proyek wahabisasi global, menegakan khilafah isamiyah, atau islamisasi negara indonesia dan melenyapakan NKRI dan saya sangat tidak setuju dengan ini karena sikap  tanpa toleransi dalam beragama tidak pernah memberi ruang pada perbedaan dan keberagaman yang tidak toleran tersebut akan menjadi ancaman tidak hanya terhadap keamanan dan keselamatan bangsa indonesia, tetapi juga terhadap budaya dan tradisi keberagaman bangsa indonesia.

Review Buku : On The Sociology of Islam

Oleh : Iqbal fajar dwiranda*


Didalam islam terdapat  berbagai tahapan- tahapan cara untuk mempermudah umatnya dalam memahami islam. Dengan  cara memahami tuhan kita Allah dan kemudian mencoba mebandingkan dengan sesembahan dari Agama lain atau memahami Al-Qur’an sebagai kitab suci kita dan kemudian mencoba membandingkanya dengan kitab-kitab agama lain ( atau yang dikatakan sebagai kitab dari agama-agam samawi). Selain itu cara lainya adalah mencoba memahami kepribadian besar yang dimiliki rasul kita yaitu Nabi Muhammad SAW dan kemudian coba dibandingkan dengan pembawa risalah dari agama lain. Tidak hanya itu kita juga harus mengenal tokoh-tokoh besar yang menjadi produk dari agama islam dan coba membandingkan pemikiran-pemikiranya yang terpengaruh dengan ajaran islam dengan tokoh-tokoh besar dari agama lain  yang secara pemikiranya  telah juga terpengaruh dengan ajaran agama dari mereka sendiri.

Dengan tidak meninggalkan  metode cara memahami islam yang telah dipaparkan diatas,  Dr.Ali syariati ,dalam bukunya on the sociology of islam, coba mengigatkan kepada kita bahwa sebenarnya tugas seorang intelektual islam adalah membawa aliran- aliran pemikiran  disetiap bidang-bidang studi yang digelutinya yang tujuannya untuk membangkitkan kehidupan manusia entah itu secara perseorangan, kelompok, atau dalam lingkup masyrakat sosial. Bila kemudian kita sadari akan hal itu, sebenarnya manusia mempunyai tugas yang berat dalam mengembanya. Manusia mempunyai tanggunng jawab atas dirinya sendiri, kelompok sosialnya maupun masyrakat sosial secara luas untuk merubah kearah yang lebih ideal.

Dr. Ali syariati adalah seorang sosiolog muslim, oleh karena itu beliau mencoba memahami kebenaran-kebenaran ajaran islam melalui perspektif ilmu sosiologi dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber referensi rujukanya maupun sebagai kepustakaan islam. Sebenarnya kalau kemudian kita sadari banyak di dalam Al-Qur’an tedapat konsep-konsep tentang keilmuan yang bermanfaat yang dapat dipelajari secara ilmu manusiawi. Sebagai contonya adalah ilmu ‘kaunniyah’ yang membahas tentang ilmu-ilmu alam atau gejala-gejala semesta alam yang kemudian secara keilmuan manusiawi dapat dibedah dengan memakai ilmu fisika. Akan tetapi, dalam buku ini kita tidak akan membahas masalah tersebut.

Dalam buku ini kita akan membahas tentang sesuatu yang biasanya jarang atau bahkan tidak pernah kita bahas maupun kita sadari, Dr. Aii syariti menemukan berbagai konsep sosiologi maupun historis yang terkandung dalam Al-Qur’an. Salah satu diantaranya mengenai konsep Hijrah. Hijrah mungkin dalam pandangan orang muslim adalah berpindahnya umat islam pada zaman Rasulullah dulu dari mekkah menuju madinah pada waktu itu. Hijrah secara pandangan umumnya hanyalah suatu kejadian historis dimana hanya dimaknai dengan adanya perpindahan suatu masyarakat dari tempat awal dia berada menuju ketempat yang baru. Kalo kita memahami secara dalam tentang konsep hijrah, dapat kita lihat melalui pandangan ilmu sosiologis dan historis bahwasanya konsep hijrah  adalah konsep yang mempengaruhi  suatu peradaban masyarakat.

Hijrah dimaknai sebagai suatu faktor yang merubah suatu masyarkat  tidak hanya dimaknai  perpiindahan tempat akan berubahnya suatu peradaban maupun budaya dari masyarakat  yang awalnya mengalami stagnasi  menuju suatu kondisi peradaban yang lebih maju. Suatu  masyarakat primitif akan tetap sebagai masyarakat primitif jika kemudian mereka tidak melakukan hijrah . perubahan akan kemudian terjadi disaat  masyarkat mengalami suatu pembaharuan .

Dalam memahami islam, kita memiliki suatu metodologi yang tepat dimana dalam memahami islam metodologi yang kemudian kita pakai adalah mensegmentasikan pemahaman tentang islam dengan menggunakan displin ilmu yang memang cocok dengan metode yang digunakan.

Dr. Ali syariati juga coba memperlihatkan bahwa manusia  memiliki kedudukan yang mulia dimata agama. Dimana manusia mempunyai tanggung jawab yang mulia untuk menjadi khalifah di muka bumi, tugas yang diemban manusia memiliki tanggung jawab atas yang terjadi pada dirinya ataupun tanggung jawab dia .didalam lingkungan masyarakat.

Dalam  pembahasan secara anthropologi yaitu membahas kejadian manusiaa serta kontradiksi antara Allah dan iblis atau antara roh dan lempung. Bab ini juga masih ada korelasinya dengan eksistensi manusia menurut fitrahnya. Bab ini menceritakan tentang manusia yang kemudian dihadapkan pada suatu pilihan kepada sesuatu yang haq dan yang bathil. Manusia didalam dirinya terdapat dorongan akan dua pilihan jalan yang terbentang di kehidupanya. Karena manusia adalah mahluk yang bidimensional maka dari itu manusia dibagi manjadi 2 fitra yang salah satunya manusia harus memilihnnya. Selain itu  agam islam adlah suatu jalan dan cara untuk menuju fitrah baik manusia.



Pembahasan filosofi habil dan qobil dalam buku ini menggambarkan berbagai fenomena soasial yang terjadi sampai pada hari ini dimana itu semua digambarkan pada peristiwa yang terjadi pada 2 keturunan agama tersebut. Fenomena pembunuhan yang dilakukan qobil terhadap habil mengandung noumena yang dalam, begitipula fenomena sexualitas juga di bahas di dalamnya, tidak hanya itu fenomena habil dan qabil ljuga menggambarkan akan  dinamika kelas sosial yang ada dalam kehidupan manusia. 



*Penulis adalah mahasiswa program studi Ilmu Politik FISIP Universitas Brawijaya
dan merupakan kader HMI K ISIP Brawijaya

Apa Itu Amnesia?


Oleh : Muhamad Erza Wansyah*

Amnesia adalah keadaan seseorang yang kehilangan ingatan, mungkin sebagian atau seluruhnya, untuk sementara waktu atau selama-lamanya, mungkin karena sebab-sebab organis atau psikologis. (Baihaqi, dkk. 2007). Secara gamblang dijelaskan bahwa amnesia merupakan gangguan ingatan.

Dalam film-film, amnesia diidentikan dengan kehilangan identitas diri, namun realitanya, amnesia tidak selamanya menyebabkan penderitanya mengalami lupa identitas dirinya kecuali saat dalam kondisi yang akut. Kehilangan ingatan yang biasa diidentikan dengan amnesia adalah salah satu akibat yang ditimbulkan oleh terhambatnya proses pemanggilan kembali informasi yang masuk. Sehingga, membuat penderita tersebut seolah-olah tidak pernah mengingat sesuatu.

Dilansir dari kompas.com, Kebanyakan dari mereka dengan amnestic syndrome memiliki masalah dengan ingatan jangka pendek. Mereka tidak dapat menerima informasi baru. Banyak juga yang memiliki beberapa tingat lemahnya daya ingat. Ingatan yang telah lampau seperti hilang, padahal masih ada dan tersimpan secara tidak disadari. Beberapa dari mereka dapat mengingat pengalaman masa kecil atau mengetahui nama presiden sebelumnya, tetapi tidak dapat mengingat nama presiden pada saat ini atau contoh lain adalah apakah mereka sudah sarapan.

Mereka yang menderita amnesia biasanya memiliki pengetahuan umum, kesadaran, perhatian, penilaian, kepribadian yang relatif sama. Mereka masih dapat berjalan, memegang sendok, mengenderai sepeda atau membaca sekalipun. Kadangkala, mereka mengerti bahwa dirinya sedang mengalami gangguan ingatan.

Amnesia memiliki perbedaan dengan demensia. Demensia seringkali dikaitkan dengan kehilangan ingatan. Pada demensia, penderita tidak hanya mengalami gangguan ingatan, namun juga mengalami gangguan kognitif lainnya, seperti inteligensi. Contoh dari demensia ialah Alzheimer. Sedangkan pada amnesia sendiri, informasi yang pernah diterima tidak hilang, hanya saja penderita lebih sulit untuk melakukan pemanggilan kembali informasi-informasi yang pernah diterimanya.

Daftar Pustaka

Baihaqi, MIF, dkk. 2007. Psikiatri – Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan. Bandung: PT Refika Aditama.

Kompas, “Amnesia Amnestic Syndrome”. http://health.kompas.com/direktori/yourbody/126. (Diakses pada 03 Oktober 2012, pukul 22.28 WIB)

*Penulis adalah mahasiswa Prgram Studi Psikologi angkatan 2010
dan juga merupakan kader HMI K ISIP Brawijaya

Sabtu, 06 Oktober 2012

Surat Aktivis dari Penjara untuk SBY

Independensia.com, Jakarta- Perlawanan para aktivis terhadap rezim otoriter SBY-Boedione  tidak berhenti meski jeruji besi mengurung raga mereka. Katanya, “Jeruji besi hanya mampu menahan raga kami, tapi tidak dengan jiwa kami. Dimanapun kami di kekang, jiwa kami senantiasa merdeka, hati kami akan selalu berada di jalanan bersama dengan amuk rakyat dan mahasiswa yang meledak dan marak  di setiap daerah.”

Demikian penggalan isi surat disampaikan para aktivis BEM Jawa Barat yang ditahan karena aksi penurunan foto SBY di Gedung DPR. Surat tersebut menyebar melalui broadcast Blackberry Messenger (BBM). Berikut isi lengkap pesan ditulis Presiden Mahasiswa BEM KBM IT Telkom-Aliansi BEM Jabar, Achyar Al-Rasyid yang diterima redaksi melalui pesan BBM.
----------
Surat Aktivis BEM Jabar
Yang Ditahan di Penjara SBY (Polda Metro Jaya)

Jeruji besi hanya mampu menahan raga kami, tapi tidak dengan jiwa kami. Dimanapun kami di kekang, jiwa kami senantiasa merdeka, hati kami akan selalu berada di jalanan bersama dengan amuk rakyat dan mahasiswa yang meledak dan marak  di setiap daerah.


Pikiran kami selalu berada di tengah kemiskinan rakyat yg tertindas. jeruji besi, pagar duri, tembok yang tinggi tidak bisa sekali-kali memadamkan bara perjuangan kami.


Ini adalah batu tapal revolusi, ini adalah alunan genderang perang yang harmonis dan sejati


Perubahan sudah dekat, peluh dan darah Perjuangan yang menjadi pertandanya.


SBY-Boediono turun!

Tolak kenaikan harga BBM!
Tangkap dan sita harta koruptor, Rakyat pasti menang!

Hidup mahasiswa!

Hidup rakyat!
Kami selalu ada bersama anda semua

Sabtu, 17-maret-2012

Merdeka di balik jeruji besi
Penjara SBY

Achyar Al-Rasyid

Presiden Mahasiswa BEM KBM IT Telkom-Aliansi BEM Jaba

Sumber : http://independensia.com/berita-361-surat-aktivis-dari-penjara-untuk-sby.html

Jumat, 21 September 2012

Kebijakan Luar Negeri Tanpa Diplomasi : “Pemerintahan Bush Di Persimpangan Jalan“

Oleh : Nanda Pratama (Nano)*

Kebijakan luar negeri pemerintahan Bush yang sampai sekarang mengalami kemunduran dalam proses diplomasi. Hal ini dampak dari pencampuran strategi antara diplomasi dan remiliterisasi. Keamanan dipahami secara berlebihan, dan cenderung mengesampingkan proses diplomasi. AS menempatkan dirinya sebagai subjek (Pemegang peran utama) dan menempatkan negara lain sebagai objek kebijakan luar negerinya, hal ini berpengaruh terhadap kecenderungan akan kembali terulangnya strategi yang diterapkan pada perang dunia kedua.
Adanya ancaman serangan teroris pada beberapa elemen penting (Ekonomi – Politik – militer) yang ada, membuka peluang yang lebih besar kepada pemerintahan Bush untuk mengambil peran yang lebih besar pada masalah ketertiban dan keamanan dunia. Kebijakan luar negeri AS yang demikian itu, telah menggerus peran lembaga multilateral dalam hal ini PBB dan menganggu proses diplomasi unilateral. Sikap tegas pemerintahan Bush terhadap teroris Internasional dengan mengatakan bahwa hal tersebut merupakan ‘Perang Baru Abad 21’, telah mengubah strategi yang ada. Dewas ini, AS telah menjadikan kekuatan militer sebagai kekuatan utama dengan mengesampingkan proses diplomasi. AS percaya bahwa perlu adanya ketegasan sikap terhadap ancaman keamanan dunia, namun mereka telah melupakan hal yang lebih penting dalam tatanan dunia. Bahwa kekuatan militer, tidak dapat menjawab semua permasalahan yang ada dan dengan mengesampingkan diplomasi justru terlihat banyak kelemahan pada kebijakan-kebijakan luar negeri pemerintahan Bush, seperti apa yang telah dilakukan para pendahulunya dalam menyikapi masalah Internasional.
Ketergantungan strategi yang dilakukan AS terhadap aset militer, semakin membuat kebijakan ini sangat terlihat ‘aneh’ untuk diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Hal ini membuat penilaian dunia telah bergeser, AS lebih terlihat sebagai pemerintahan realis daripada sebagai pemerintahan demokratis yang sering mengedepankan diplomasi. Sebuah pergeseran nilai yang tak dapat dihindarkan, ketika AS terus kukuh pada strategi militernya.

Si AMIN


Oleh : Ardy Fazri Maulana*

Suatu Awal terlihat kehidupan yang tentram, serba berkecukupan dan terlihat dua orang yang sedang menjalin hubungan suami istri. Si Amin bekerja sebagai marketing di suatu perusahaan besar di suatu kota. Senja adalah pacar sekaligus telah menjadi istri Amin. Setiap harinya sibuk dan setiap pulang kerja ia selalu mengeluhkan apa-apa yang telah dialaminya. Senja selalu mendinginkan hati Amin dikala pikirannya berapi-api.  Ketika itu ada surat kabar yang menggambarkan bahwa ada seorang pemuda gelandangan umur 20 th meniggal dunia di siku tepi jalan yang sepi, Memang sangat mengenaskan di tengah-tengah kota ada peristiwa seperti itu. Disisi lain Amin berjalan pulang kerumahnya dengan senang hati membawa oleh-oleh untuk istrinya karena mendapat bonusan dari perusahaannya, lalu ia berpesta dalam rumahnya merayakan kesuksesannya dengan istrinya.

Terdapat rumah Kumuh di tengah-tengah perkotaan dihimpit oleh gedung-gedung besar. Ada seorang ibu menunggu anaknya, karena anaknya seperti biasa akan memberikan uang dari hasil kerjanya sebagai pengamen. Dihari selanjutnya ia bercerita kepada tetangganya bahwa akhir-akhir ini anaknya tidak membawa uang, maksimal dia membawa gorengan dari temannya. Diapun (ibu) bercerita bahwa anaknya sulit dibangunkan, dan kalau dibangunkan dia marah-marah, tanpa alasan yang jelas. Besok harinya dikabarkan anaknya meninggal di siku jalan sehabis mengamen, teman-temannya tidak  tahu menahu sebelumnya ia kemana saja.

Semua teman pengamennya mengaku kalau si anak ibu itu pernah bercerita kepadanya bahwa dia pernah mengalami mimpi indah dengan seorang wanita gara-garanya ia melihat tetangganya Si Diding sedang berboncengan dengan wanita cantik  yaitu pacarnya Diding, sehingga terbawa ke mimpi si Amin , saking kepinginnya seperti tetangganya yang notabene seorang eksekutif muda yang secara otomatis mudah menggaet wanita yang mereka inginkan. Dan ibunya bertanya “lalu mengapa anakku 2 minggu ini emosinya labil?” lalu teman amin menjawab  ia membeli obat tidur yang tak terhitung jumlahnya untuk berusaha mencoba peruntungan agar mendapatkan mimpi indahnya dengan seorang wanita yang selalu ia banggakan dan tak lupa pekerjaan impiannya.

Dan yang memakai Topi, ibuk anak itu dan teman pengamen yang meninggal itu karena over dosis gara-gara meminum obat secara berlebihan itu adalah “Si Amin”, ya itu lah dia pemuda yang mempunyai harapan besar, mempunyai impian tinggi yang tak disertai dengan Fasilitas yang cukup. Suatu kemauan Amin yang sangat tinggi itu terjadi karena Kesenjangan Sosial yang sangat ketara diantarakeduanya yaitu si miskin dan si kaya. Ini kisah mimpi, ini kisah tentang keinginan diperlakukan sama, BUKAN kisah Cinta. Tidak ada gesekan cinta disini, yang terjadi hanyalah keinginan mencintai di ruang dan waktu yang tidak nyata. Kerelaaan Ruang mimpi harapan yang sampai-sampai tidak memberi nafkah kepada ibunya, tidak memperhatikan kesehatannya, tidak kenyataan lagi dalam berfikir. Inikah yang namanya cinta, pengorbanan? Palsu lah untuk kehidupan nyata diatas.

TAMAT

*Penulis adalah mahasiswa FISIP UB Program Studi Psikologi angkatan 2008
dan merupakan kader HMI K ISIP  Brawijaya

Kau Hanya Mahasiswa


Oleh : Muhamad Erza Wansyah*

Tak selangkah pun kau di depan raga sang massa
Peluang sarjana tak tunjuk kau jadi raja
Kau hanya sampah yang terolah
Dipungut oleh-Nya tuk jadi berguna

Kau hanya perusak angkasa raya
Penghuni neraka yang mengaku fitrah
Darah saudara sembahkan tuk nirwana
Iblis tertawa, dirinya kau anggap bidadari surga

Stratamu tak beda dengan yang lainnya
Hanya berjubah wacana buatmu merasa bangga
Kau tak indah, tak pula sempurna
Untuk apa kau hadirkan pesona, tanpa gerak mulia

Jangan kau angkat kepalamu dihadapan mereka
Merasa tak sama hanya karena berjudul mahasiswa
Mengatasnamakan perubahan, bersanding intelektual
Membelenggu kerendahan hati, memenjarakan keikhlasan diri

Transaksi menjadi orientasi
Melangkahkan moral demi otorisasi
Warnai arus dengan kuas politisi
Menyombongkan diri, enggan menjadi pemerhati

Kau hanya udang kecil yang mampu berfilosofi
Hidupmu hanya sebatas untaian kertas dalam semesta
Kau hanya mahasiswa, sama-sama manusia
Jangan bangga, yang kau miliki hanya asa

Bukan saatnya logika yang berbicara
Idealisasikan visi, gunakan hati
Masa depan bangsa, ditangan kita
Bergerak demi semua, demi indonesia jaya

Mahasiswa Indonesia, jangan hanya berkuliah
Gunakan akalmu untuk mengabdi
Pakai hatimu untuk berfikir
Masih banyak yang melata di luar sana
Tundukkan kepala, lakukan perubahan ke arah yang mulia

*Penulis adalah mahasiswa FISIP UB Program Studi Psikologi
dan merupakan anggota HMI K ISIP Brawijaya

BBM yang Naik Lagi


Oleh : M. Fatkhurrahman (Nanang)*

Indonesia merupakan negara yang bisa dikatakan kaya raya dalam hal SDA (sumber daya alam) mulai dari rempah-rempah, hasil tambang, hasil laut dan sebagainnya. Negara mana yang tidak mengenal indonesia dengan kekayaan yang melimpah ruah, seharusnya dengan modal kekayaan yang dimilikinya, manusia yang ada dibumi indonesia ini bisa merasakan kebahagiaan dengan tercukupi kebutuhannya. Melihat kenyataan seperti itu, siapa saja akan menggeleng-gelengkan kepala kalau indonesia menaikan BBM. Kenaikan BBM (bahan bakar minyak) di negara indonesia akan menimbulkan banyak permasalahan, baik itu masalah primer, sekunder bahkan ketertiban sosial. Keadaan ini terlihat dari setiap naiknya BBM, tidak terkecuali pada sekarang ini di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakilnya Budiono. Saat ini saja, kita tahu bahwasannya kebijakan tentang BBM bukan ditolak atau sepakat tetapi “ dipending ” bukan berati ini tidak naik, akan tetapi sangat amat berpotensi untuk naik, sehingga segala konsekwensi apapun harus diterima, baik itu aktor yang menolak keras BBM naik ataupun aktor yang berusaha keras agar BBM naik.

Hari ini saja harga-harga sudah naik, baik itu bahan pokok, padahal BBM belum naik. Dalam analisis saya, ini sangat amat wajar kalau ada aktor yang menolak dan setuju, karena asumsi yang diutarakan itu berlandaskan pada informasi dan apa yang diyakininya, sehingga ini bukan ranah antara benar dan salah, tetapi antara tepat dan tidak tepat. Pada dasarnya interpretasi dalam permasalahan kenaikan BBM, itu ditujukan agar mendekati keinginannya, sangat amat wajar kalaupun perbedaan pandangan ini bisa saya umpamakan antara langit dan bumi. Disini ada dua aktor, yaitu pemerintah dan raktyat, dalam pembahasan yang pertama dari sudut pandang rakyat setelah itu dari pandangan pemerintah.

Menganalisis masalah ini, dengan menggunakan Game Theory yaitu Battel of Sexes, dimana pertama akan ada kesepakan bersama, tetapi dalam eksekusi pelaksanaan terjadi perbedaan pendapat, disinilah permainan game theory dimulai. Kesepakatan awal yaitu pemerintah dan rakyat sepakat bahwasannya dalam menentukan kebijakan harus memihak rakyat bukan pihak asing, apalagi kepada pihak yang mempunyai kepentingan terhadap indonesia. Kesepakatan awal ini karena tugas pemerintah adalah melakukan aktifitas untuk kepentingan rakyat bukan pihak asing, dan rakyat sebagai objeknya. Mengenai masalah BBM pandangan rakyat seperti ini, pertama dengan keadaan sekarang banyak rakyat tidak bisa membeli BBM, ini dikarenakan daya beli masyarakat indonesia terhadap BBM masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain.

Meskipun harga BBM lebih murah dibandingkan negara-negara lain, akan tetapi harga tersebut relatif mahal bila dibandingkan dengan pendapatan kotor per kapita yang masih jauh dibanding negara-negara lain. Apalagi total premium yang dikonsumsi oleh rumah tangga, 64 persennya dikonsumsi oleh sepeda motor, sedangkan untuk mobil hanya 36 persen ( World Bank). Mengingat sebagian besar pemilik sepeda motor adalah masyarakat kelas menengah kebawah, maka berarti selama ini sebagian terbesar subsidi premium ( 64 persen ) dikonsumsi oleh kelompok kelas menengah dan bawah, bukan oleh kelompok kelas atas. Argumen tersebut didukung dengan data susenas BPS menunjukan bahwa 65 persen bensin ternyata dikonsumsi oleh masyarakat kelompok miskin dan menengah bawah ( pengeluaran per kapita < 4 dollar AS ). Termasuk didalamnya ( 2 dollar AS ). Sementara kelompok rumah tangga menengah atas hanya mengonsumsi 8 persen dari seluruh bensin.

Kenaikan harga BBM akan memangkas daya beli masyarakat kelas menengah bawah. Kenaikan harga BBM juga akan memangkas daya saing industri nasional akibat menurunnya produktifitas industri, akibatnya pengusaha akan melakukan efisiensi dengan melakukan PHK buruh. Mendorong untuk naiknya harga-harga ( sembako, transportasi, dll ). Beban berat bagi petani karena kenaikan biaya produksi pertanian ( benih, pupuk, harga sewa tanah, sewa traktor dan pompa air juga pengolahan hasil panen seperti usaha penggilingan padi dan ongkos angkut atau transportasi ). Beban berat bagi nelayan diakibatkan meningkatnya biaya produksi yang akan dikeluarkan nelayan, dimana total biaya pembelian BBM mencapai 50-60 persen dalam satu kali melaut. Jika hal tersebut terjadi, nilai biaya yang akan ditanggung oleh perekonomian nasional akan lebih besar ketimbang perolehan dari penghematan subsidi BBM.


*Penulis adalah mahasiswa FISIP UB Program Studi Ilmu Politik angkatan 2010
dan merupakan kader HMI K ISIP Brawijaya

Classical Conditioning : Salah Satu Pengkondisian Pembentukan kepribadian Manusia

Oleh : Rio Agusto Bintang Nugroho*

Mungkin, Classical Conditioning bagi para pakar psikologi, maupun mahasiswa psikologi sudah dijadikan makanan keseharian saat kuliah, tapi mungkin masih sangat jarang di dengar oleh orang – orang non psikologi. Maka dari itu penulis tertarik untuk sedikit menjelaskan tentang Classical Conditioning ini.

Tokoh yang mencetuskan teori ini ialah Bapak Ivan Petrovich Pavlov, Beliau merupakan salah satu bapak psikologi aliran behaviorisme yang masih sangat dikenal pada masa kini. Beliau lahir di Rusia pada 1849 dan meninggal di sana pada tahun 1936. Ayahnya adalah seorang pendeta, dan Pavlov pada mulanya belajar untuk menjadi pendeta. Beliau berubah pikiran dan menghabiskan sepanjang hidupnya untuk mempelajari fisiologi. Pada 1904 beliau memenangkan habeliauh Nobel untuk karyanya di bidang fisiologi pencernaan. Beliau baru memulai studi refleks yang dikondisikan pada usia 50 tahun. Salah satu prosedur yang dilakukan Pavlov dalam eksperimennya adalah dengan membuat lubang di pipi anjing dan memasukkan sebuah tabung yang dapat menampung air liur yang dihasilkan oleh kelenjar liur yang dihasilkan oleh kelenjar liur agar volume liur tersebut dapat diukur.

Pada mulanya, Pavlov menganggap kejadian ini merupakan sekresi air liur yang menggangu. Tetapi beliaudengan cepat menyadari bahwa apa yang dilihat mahasiswanya adalah sebuah fenomena penting, fenomena yang membuat Pavlov percaya dan akhirnya menjadi dasar bagi proses belajar pada manusia maupun hewan lainnya. Beliau menyebut fenomena ini sebagai reflek “kondisional” kondisi karena hal ini tergantung pada kondisi lingkungan.

Pavlov semula membuat dugaan-dugaan mengenai apa yang dipikirkan oleh anjing-anjing tersebut dan apa yang mereka rasakan, yang membuat mereka berliur, sebelum makanan di sajikan. Tetapi kemudian beliau mengambil keputusan bahwa mencoba menjelaskan kemampuan mental dari anjing-anjing ini tidak akan ada gunanya. Sebaliknya, ia memusatkan perhatiannya pada upaya untuk menganalisis lingkungan dimana terjadi respons berupa reflex yang terkondisi ini.

Reflek yang mengeluarkan liur sebenanrnya menurut Pavlov terdiri dari sebuah stimulus tidak terkondisi (unconditioned stimulus), berupa makanan dan sebuah respons yang tidak terkondisi (unconditioned response) yaitu produksi liur. Yang dimaksud dengan stimulus tidak terkondisi menurut Pavlov adalah sebuah kejadian atau satu hal yang menghasilkan sebuah respons secara otomatis atau menghasilkan reflek yang otomatis. Sedangkan respons tidak terkondisi adalah respons yang dihasilkan secara otomatis tadi.

Menurut Pavlov, proses pembelajaran terjadi ketika sebuah stimulus netral (stimulus yang tidak atau belum menghasilkan sebuah respons tertentu, seperti berliur) dipasangkan secara teratur dengan sebuah stimulus tidak terkondisi selama beberapa kali. Stimulus netral ini kemudian akan berubah menjadi stimulus yang terkondisi (conditioned stimulus), yang menghasilkan sebuah proses pembelajaran atau respons terkondisi (conditioned response), yang biasanya serupa dengan respons alamiah yang tidak perlu dipelajari. Dalam laboratoriumnya, terlihatnya piring makanan anjing, yang sebelumnya tidak menghasilkan liur pada anjing, menjadi sebuah stimulus terkondisi yang menghasilkan respons produksi liur.

Prosedu
r ini dimana sebuah stimulus netral menjadi sebuah stimulus yang terkondisi disebut sebagai kondisioning klasik (classical conditioning), atau disebut juga sebagai kondisioning Pavlov atau kondisioning responden. Dan semenjak era Pavlov, banyak dari respons otomatis atau yang sifatnya bekerja di luar kehendak kita, selain sekresi air liur, dipelajari dengan metode kondisioning klasik, misalnya detak jantung, tekanan darah, gerak reflek, berkedip dan kontraksi otot.

*Penulis adalah mahasiswa FISIP UB Program Studi Psikologi
dan  merupakan kader HMI K ISIP Brawijaya

Jumat, 07 September 2012

RESENSI NOVEL : TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK

Oleh : Rosalia I.P.*


Judul                : Ronggeng Dukuh Paruk
Penulis             : Ahmad Tohari
Tebalbuku         : 408 halaman
Penerbit            : PT GramediaPustakaUtama
Cetakan            : 2009

Dalam buku ini Ahmad Tohari berhasil membawa pembaca kesebuah dunia dimana konflik sosial dan moralitas masih begitu kacau. Dimana dinamika kehidupan seorang ronggeng dan segala keprihatinan yang ada di Dukuh Paruk menjadi fokusnya dalam novel ini. Sang penulis mengemas kisah di dalamnya dengan sangat apik yang diperlihatkan melalui susunan kata yang di rangkai sanggup membuat pembaca begitu terpesona akan gaya bahasa yang dia gunakan. Selain itu kentalnya budaya jawa di novel ini menunjukan betapa penulis memang sangat ahli dan berpengetahuan mengenai budaya jawa yang lambat laun mulai memudar kekentalannya oleh masyarakat jawa sendiri.

Novel ini berkisah mengenai Srintil seorang gadis belia yang cantik, dimana dia masih belum mengenal lelaki pada hakikatnya. Srintil gadis yang cantik khas pendukuhan tersebut harus serta merta melepaskan kebebasan dan haknya sebagai remaja ketika diketahui indang ronggeng telah mendiami tubuhnya, semua ini dipercaya sebagai takdir, maka takdir tak dapat ditentang selain harus menjalaninya. Maka Srintil menjadilah seorang ronggeng yang begitu cantik dengan tubuhnya yang dianggap proposional. Semua orang menginginkan Srintil tanpa terkecuali, tentu saja menginginkan yang dimaksud disini adalah meginginkannya tidak hanya di atas panggung tayub tetapijuga di ranjang.Dihidupnya yang masih sangat belia dia sudah dipaksa oleh keadaan untuk lebih mengenali lelaki lebih jauh.

Konflik demi konflik datang secara alami dalam novel ini dimana Srintil yang sangat mencintai Rasus, tetapi sekali lagi takdir yang membuat mereka tak bisa mengungkapkan perasaan masing-masing sampai pada suatu hari Rasuspergi meninggalkan Dukuh Paruk. Konflik lain pun datang ketika Srintil sudah tak mau melayani laki-laki manapun karena dia menginginkan kehidupan lain yang jauh lebih baik,pandangannya yang sangat bertolak belakang dengan ronggeng-ronggeng sebelumnya ini cukup membuat dinamika kehidupan Dukuh Paruk menjadi sedikit berubah.

Konflik paling memuncak dalam kehidupan Srintil adalah ketika keluguaan warga Dukuh Paruk diperdaya oleh para komunis untuk mencapai kepentingan mereka, dampak dari itu semua komplotan Srintil dalam meronggeng harus ditangkap dan Srintil sendiri ditahan selama beberapa tahun.

Berbagai dinamika yang disuguhkan sungguh sangat menarik, kisah di dalam novel ini sangat terlihat jika Ahmad Tohari ingin menyuguhkan sebuah realita yang dikisahkan melalui tulisan bukan tulisan yang berusaha direalitakan seperti kebanyakan novel remaja sekarang.

Gaya bahasa yang kental dengan sastra dan banyak nuyaung kapan bahasa jawa yang tidak ada penjelasan secara khususnya sedikit memnghambat pembaca untuk mengertiisi novel ini jika benar-benar tidak dipahami saat membacanya kerana menurut saya tipe novel ini bukan seperti novel remaja pada umumnya yang hanyadengansekilas membaca kita akan memahami apa yang dirasa di novel tersebut. Tetapi secara garis besar novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca karena banyak pengetahuan yang akan kita dapat dari dinamika kehidupan Srintil yang berakhir tragis ini.

*Penulis adalah mahasiswa ilmu politik FISIP UB angkatan 2011
dan merupakan kader HmI K ISIP UB