Rabu, 17 Oktober 2012

Organisasi Sosial dan masalah Lingkungan


Oleh : Harisul Mahasin Makboel*

Semakin merebaknya isu tentang masalah lingkungan dewasa ini tidak lepas dari isu global warming yang juga mencuat dan terlihat cukup seksi untuk dibahas dan dikaji lebih mendalam. Meskipun demikian tidak semua orang peka terhadap permasalahan lingkungan yang sedang terjadi di tengah-tengah mereka, dan tampaknya hanya segelintir orang yang mungkin sangat prihatin mengamati kerusakan lingkungan yang tambah hari tambah menjadi-jadi di sekitar kita. Diantara orang-orang yang peduli tersebut biasanya memilih menjadi aktivis lingkungan yang tergabung di beberapa LSM dan atau organisasi lingkungan lainnya, tak jarang juga dalam aktivitasnya para aktivis lingkungan tersebut bergesekan dengan organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat, misalnya dalam perjuangannya di lapangan langsung maupun juga dalam pencarian data tentang apa yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan yang terjadi di lingkungan suatu masyarakat tertentu. Gesekan-gesekan tersebut biasa timbul karena adanya perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak, penyebabnya lagi-lagi adalah urusan “perut”, dimana kebanyakan organisasi sosial yang justru memanfaatkan peluang di bawah bendera organisasinya maupun karena alasan yang tidak pernah mereka sadari yaitu dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentingan lain yang berada di balik baju kekuasaan dan legalitas organisasi yang jauh lebih besar dibandingkan organisasi sosial tersebut.

Berbicara mengenai masalah lingkungan dan korelasinya dengan organisasi, sebenarnya kita tidak bisa mematok organisasi yang bergerak dalam satu bidang tertentu semisal organisasi sosial atau organisasi lingkungan saja, tetapi kita juga harus mengikutsertakan organisasi-organisasi terkait dalam perbincangan ini, disini tak hanya organisasi sosial dan lingkungan saja yang sebetulnya terlibat, tapi juga ada organisasi politik, organisasi ekonomi dan sebagainya baik yang berskala nasional maupun sampai kepada akarnya permasalahan yaitu organisasi berskala internasional yang turun ambil andil dalam petaka yang terjadi terhadap lingkungan hidup maupun lingkungan secara menyeluruh.

Tetapi saya sendiri lebih senang mengeneralisir organisasi-organisasi yang ada tersebut menjadi organisasi sosial saja, karena semua organisasi tersebut lahir dari hasil buah pemikiran masyarakat dan juga hadir dan ada di tengah-tengah masyarakat serta ikut hidup dengan lingkungan masyarakat yang ada, meskipun organisasi-organisasi tersebut memiliki karakter yang berbeda satu sama lain sesuai dengan kepentingannya masing-masing.

Pembahasan

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa permasalahan lingkungan yang kita hadapi saat ini sudah mencapai pada tingkatan permasalahan yang cukup serius, kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana tak hanya di lingkungan perkotaan saja yang bisa kita rasakan secara nyata dengan polusinya saat ini, tapi juga pada daerah pedalaman, pelosok, dan bahkan di daerah-daerah terpencilpun mengalami kerusakan lingkungan yang juga bervariasi.

Kerusakan lingkungan yang terjadi tak hanya pada Lingkungan fisik berupa krisis air, tanah, udara, dan juga  iklim saja, tetapi juga krisis lingkungan secara biologis dan tentu saja di tambah lingkungan sosial yang semakin parah. Krisis biologis dapat kita amati dengan memperhatikan semakin berkurangnya lahan-lahan pertanian yang tersedia dan semakin populernya perusahaan-perusahaan besar menerapkan sistem tumbuhan yang homogen di lahan-lahan yang seharusnya merupakan hutan tumbuhan heterogen serta semakin sempitnya lahan hijau akibat dari proyek pembangunan hutan-hutan beton yang semakin gencar yang terjadi di lingkungan masyarakat khususnya pada masyarakat perkotaan.

Kalau kita analisa dan kita cermati kembali, Lagi-lagi, akar penyebab permasalahan yang terjadi ini adalah tak luput dari persoalan kebutuhan ekonomi atau pemenuhan kebutuhan perut manusia. Akibat dari keberlebihan dalam tindakan eksploitasi Sumberdaya alam yang tersedia dan tanpa memikirkan keberlangsungan hidup jangka panjang, akhirnya dan lagi—lagi lingkungan pun yang terus-menerus dikorbankan. Beragam bencana alam pun sudah menjadi suatu pemandangan yang tak asing lagi yang kemudian hanya meninggalkan bekas yang begitu mendalam bagi masyarakat itu sendiri..

Dari beberapa fenomena yang terjadi ini seharusnya bisa menjadi bahan evaluasi dan instropeksi diri kita masing-masing untuk lebih melakukan kegiatan-kegiatan yang bijak bagi lingkungan dan juga masyarakat, kita harus merekonstruksi  pola berfikir dan pola bertindak kita sendiri. Permasalahan yang berkutat pada tema lingkungan ada, karena perilaku dan cara bersikap manusia itu, terutama sebagai konsekuensi interaksi manusia dengan alam/lingkungan. Konsekuensi logis maupun materi yang didapat akibat ulah manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam yang berorientasi semata-mata hanya untuk kebutuhan ekonomi manusia, kemudian juga  mengesampingkan dampak-dampak negatif yang diterima.

Industrialisasi menjelma menjadi sebuah lifestyle atau gaya hidup baru, manusia tidak lagi memanfaatkan sesuatu dalam jumlah  yang dibutuhkan. Namun, kita sudah menjadikan alam seolah sebagai suatu objek yang bisa diperlakukan seenaknya. Sehingga muncul stigma bahwa, “manusia sebagai penakluk dan penguasa lingkungan.” maksud dari Penakluk ataupun penguasa disini berarti menjadikan alam sebagai makhluk pemuas hasrat kebutuhan manusia, yang tidak diperbolehkan berkutik sedikitpun dan benar-benar sekedar menghamba untuk memenuhi keinginan manusia.

Studi kasus organisasi sosial dengan masalah lingkungan

Dalam makalah tentang Organisasi sosial dengan masalah lingkungan disini kita mengambil contoh kasus tentang KUD yang menjual pupuk an-organik kepada petani yang sebetulnya itu berdampak buruk pada lingkungan khususnya tanah, tidak hanya menjual pupuk an-organik mereka juga menyediakan obat pembasmi hama yang sudah kita kenal seperti pestisida, insektisida.

Penggunaaan pupuk anorganik itu sebenarnya tidak hanya berdampak buruk bagi tanah tetapi juga mencemari lingkungan lainnya seperti sungai, laut dll, karena adanya saling keterkaitan akibat saluran irigasi. Lebih parahnya lagi hal ini bereaksi tanpa disadari oleh para petani dan pada titik puncaknya tanah mengalami kerusakan yang cukup parah.

Dalam kasus yang telah dicontohkan diatas, ketika kita tarik lagi dan mencari akar atau titik sumber permasalahan adalah disebabkan oleh adanya campur tangan pihak-pihak tertentu yang tendensius dan mereka menggunakan cara-cara yang cukup rapi. Yakni, melalui pendekatan pada birokrat dan elit-elit pemerintahan dan kemudian bermain pada pengaruh kebijakan, misalnya saja pemerintah Indonesia membuat kebijakan tentang standarisasi pupuk atau dengan kata lain para kaum petani harus menggunakan pupuk yang sudah menjadi standart dinegara ini.

Standarisasi semacam inilah yang kemudian patut kita curigai sebagai asal-muasal kerusakan lingkungan yang terjadi dan berdampak pada masyarakat, contoh kasus: Perusahaan pupuk A yang notabene perusahaan besar dan selalu mencari profit atau keuntungan, berfikir tentang bagaimana agar produk pupuk mereka laku dan menghasilkan keuntungan? Maka perusahaan A harus kemudian membuat peningkatan penjualan dengan biaya produksi semurah mungkin dan menghasilkan keuntungan yang besar. Dengan prinsip itu perusahaan harus membuat efek ketergantungan agar produk-produk pabrik A selalu laku di pasaran, dengan cara mempengaruhi Organisasi tertinggi yang ada dan khusus pada bidang pangan dan pertanian semisal FAO (Food and Agricultural Organization), maka FAO mengeluarkan kebijakan tentang standarisasi pupuk yang harus dipakai para petani agar panen mereka sukses, kemudian langkah ini diamini oleh pemerintah dan pemerintah mewajibkan penggunaan pupuk yang sudah menjadi standart dari FAO dan bahkan FAO mensponsori

Dari kasus ini organisasi sosial seperti KUD ternyata secara tidak langsung memiliki dampak yang kurang baik bagi lingkungan, meskipun tujuan utama dari dibentuknya KUD adalah untuk mensejahterakan para petani.

*Penulis adalah Mahasiswa jurusan sosiologi angkatan 2010
dan merupakan kader HmI K ISIP UB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar