Oleh : Iqbal fajar dwiranda*
Didalam islam terdapat berbagai tahapan- tahapan cara untuk mempermudah umatnya dalam memahami islam. Dengan cara memahami tuhan kita Allah dan kemudian mencoba mebandingkan dengan sesembahan dari Agama lain atau memahami Al-Qur’an sebagai kitab suci kita dan kemudian mencoba membandingkanya dengan kitab-kitab agama lain ( atau yang dikatakan sebagai kitab dari agama-agam samawi). Selain itu cara lainya adalah mencoba memahami kepribadian besar yang dimiliki rasul kita yaitu Nabi Muhammad SAW dan kemudian coba dibandingkan dengan pembawa risalah dari agama lain. Tidak hanya itu kita juga harus mengenal tokoh-tokoh besar yang menjadi produk dari agama islam dan coba membandingkan pemikiran-pemikiranya yang terpengaruh dengan ajaran islam dengan tokoh-tokoh besar dari agama lain yang secara pemikiranya telah juga terpengaruh dengan ajaran agama dari mereka sendiri.
Dengan tidak meninggalkan
metode cara memahami islam yang telah dipaparkan diatas, Dr.Ali syariati ,dalam bukunya on the
sociology of islam, coba mengigatkan kepada kita bahwa sebenarnya tugas seorang
intelektual islam adalah membawa aliran- aliran pemikiran disetiap bidang-bidang studi yang digelutinya
yang tujuannya untuk membangkitkan kehidupan manusia entah itu secara
perseorangan, kelompok, atau dalam lingkup masyrakat sosial. Bila kemudian kita
sadari akan hal itu, sebenarnya manusia mempunyai tugas yang berat dalam
mengembanya. Manusia mempunyai tanggunng jawab atas dirinya sendiri, kelompok
sosialnya maupun masyrakat sosial secara luas untuk merubah kearah yang lebih
ideal.
Dr. Ali syariati adalah seorang sosiolog muslim, oleh
karena itu beliau mencoba memahami kebenaran-kebenaran ajaran islam melalui
perspektif ilmu sosiologi dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber referensi
rujukanya maupun sebagai kepustakaan islam. Sebenarnya kalau kemudian kita
sadari banyak di dalam Al-Qur’an tedapat konsep-konsep tentang keilmuan yang
bermanfaat yang dapat dipelajari secara ilmu manusiawi. Sebagai contonya adalah
ilmu ‘kaunniyah’ yang membahas tentang ilmu-ilmu alam atau gejala-gejala
semesta alam yang kemudian secara keilmuan manusiawi dapat dibedah dengan
memakai ilmu fisika. Akan tetapi, dalam buku ini kita tidak akan membahas
masalah tersebut.
Dalam buku ini kita akan membahas tentang sesuatu yang
biasanya jarang atau bahkan tidak pernah kita bahas maupun kita sadari, Dr. Aii
syariti menemukan berbagai konsep sosiologi maupun historis yang terkandung
dalam Al-Qur’an. Salah satu diantaranya mengenai konsep Hijrah. Hijrah mungkin
dalam pandangan orang muslim adalah berpindahnya umat islam pada zaman
Rasulullah dulu dari mekkah menuju madinah pada waktu itu. Hijrah secara
pandangan umumnya hanyalah suatu kejadian historis dimana hanya dimaknai dengan
adanya perpindahan suatu masyarakat dari tempat awal dia berada menuju ketempat
yang baru. Kalo kita memahami secara dalam tentang konsep hijrah, dapat kita
lihat melalui pandangan ilmu sosiologis dan historis bahwasanya konsep
hijrah adalah konsep yang
mempengaruhi suatu peradaban masyarakat.
Hijrah dimaknai sebagai suatu faktor yang merubah suatu
masyarkat tidak hanya dimaknai perpiindahan tempat akan berubahnya suatu
peradaban maupun budaya dari masyarakat
yang awalnya mengalami stagnasi
menuju suatu kondisi peradaban yang lebih maju. Suatu masyarakat primitif akan tetap sebagai
masyarakat primitif jika kemudian mereka tidak melakukan hijrah . perubahan akan
kemudian terjadi disaat masyarkat
mengalami suatu pembaharuan .
Dalam memahami islam, kita memiliki suatu metodologi yang
tepat dimana dalam memahami islam metodologi yang kemudian kita pakai adalah
mensegmentasikan pemahaman tentang islam dengan menggunakan displin ilmu yang
memang cocok dengan metode yang digunakan.
Dr. Ali syariati juga coba memperlihatkan bahwa
manusia memiliki kedudukan yang mulia
dimata agama. Dimana manusia mempunyai tanggung jawab yang mulia untuk menjadi
khalifah di muka bumi, tugas yang diemban manusia memiliki tanggung jawab atas
yang terjadi pada dirinya ataupun tanggung jawab dia .didalam lingkungan
masyarakat.
Dalam pembahasan
secara anthropologi yaitu membahas kejadian manusiaa serta kontradiksi antara
Allah dan iblis atau antara roh dan lempung. Bab ini juga masih ada korelasinya
dengan eksistensi manusia menurut fitrahnya. Bab ini menceritakan tentang
manusia yang kemudian dihadapkan pada suatu pilihan kepada sesuatu yang haq dan
yang bathil. Manusia didalam dirinya terdapat dorongan akan dua pilihan jalan
yang terbentang di kehidupanya. Karena manusia adalah mahluk yang bidimensional maka dari itu manusia dibagi manjadi 2 fitra yang salah satunya manusia
harus memilihnnya. Selain itu agam islam
adlah suatu jalan dan cara untuk menuju fitrah baik manusia.
Pembahasan filosofi habil dan qobil dalam buku
ini menggambarkan berbagai fenomena soasial yang terjadi sampai pada hari ini
dimana itu semua digambarkan pada peristiwa yang terjadi pada 2 keturunan agama
tersebut. Fenomena pembunuhan yang dilakukan qobil terhadap habil mengandung noumena yang dalam, begitipula fenomena sexualitas juga di bahas di dalamnya, tidak hanya itu fenomena habil dan qabil ljuga
menggambarkan akan dinamika kelas sosial
yang ada dalam kehidupan manusia.
*Penulis adalah mahasiswa program studi Ilmu Politik FISIP Universitas Brawijaya
dan merupakan kader HMI K ISIP Brawijaya
Tolak BUKU SYIAH !!!!!
BalasHapus