Oleh : Ardy
Fazri Maulana*
Suatu Awal
terlihat kehidupan yang tentram, serba berkecukupan dan terlihat dua orang yang
sedang menjalin hubungan suami istri. Si Amin bekerja sebagai marketing di
suatu perusahaan besar di suatu kota. Senja adalah pacar sekaligus telah menjadi
istri Amin. Setiap harinya sibuk dan setiap pulang kerja ia selalu mengeluhkan
apa-apa yang telah dialaminya. Senja selalu mendinginkan hati Amin dikala
pikirannya berapi-api. Ketika itu ada
surat kabar yang menggambarkan bahwa ada seorang pemuda gelandangan umur 20 th
meniggal dunia di siku tepi jalan yang sepi, Memang sangat mengenaskan di
tengah-tengah kota ada peristiwa seperti itu. Disisi lain Amin berjalan pulang
kerumahnya dengan senang hati membawa oleh-oleh untuk istrinya karena mendapat
bonusan dari perusahaannya, lalu ia berpesta dalam rumahnya merayakan
kesuksesannya dengan istrinya.
Terdapat rumah
Kumuh di tengah-tengah perkotaan dihimpit oleh gedung-gedung besar. Ada seorang
ibu menunggu anaknya, karena anaknya seperti biasa akan memberikan uang dari
hasil kerjanya sebagai pengamen. Dihari selanjutnya ia bercerita kepada
tetangganya bahwa akhir-akhir ini anaknya tidak membawa uang, maksimal dia
membawa gorengan dari temannya. Diapun (ibu) bercerita bahwa anaknya sulit
dibangunkan, dan kalau dibangunkan dia marah-marah, tanpa alasan yang jelas.
Besok harinya dikabarkan anaknya meninggal di siku jalan sehabis mengamen,
teman-temannya tidak tahu menahu
sebelumnya ia kemana saja.
Semua teman
pengamennya mengaku kalau si anak ibu itu pernah bercerita kepadanya bahwa dia
pernah mengalami mimpi indah dengan seorang wanita gara-garanya ia melihat
tetangganya Si Diding sedang berboncengan dengan wanita cantik yaitu pacarnya Diding, sehingga terbawa ke
mimpi si Amin , saking kepinginnya seperti tetangganya yang notabene seorang
eksekutif muda yang secara otomatis mudah menggaet wanita yang mereka inginkan.
Dan ibunya bertanya “lalu mengapa anakku 2 minggu ini emosinya labil?” lalu
teman amin menjawab ia membeli obat
tidur yang tak terhitung jumlahnya untuk berusaha mencoba peruntungan agar
mendapatkan mimpi indahnya dengan seorang wanita yang selalu ia banggakan dan
tak lupa pekerjaan impiannya.
Dan yang memakai
Topi, ibuk anak itu dan teman pengamen yang meninggal itu karena over dosis
gara-gara meminum obat secara berlebihan itu adalah “Si Amin”, ya itu lah dia
pemuda yang mempunyai harapan besar, mempunyai impian tinggi yang tak disertai
dengan Fasilitas yang cukup. Suatu kemauan Amin yang sangat tinggi itu terjadi
karena Kesenjangan Sosial yang sangat ketara diantarakeduanya yaitu si miskin
dan si kaya. Ini kisah mimpi, ini kisah tentang keinginan diperlakukan sama,
BUKAN kisah Cinta. Tidak ada gesekan cinta disini, yang terjadi hanyalah
keinginan mencintai di ruang dan waktu yang tidak nyata. Kerelaaan Ruang mimpi
harapan yang sampai-sampai tidak memberi nafkah kepada ibunya, tidak
memperhatikan kesehatannya, tidak kenyataan lagi dalam berfikir. Inikah yang
namanya cinta, pengorbanan? Palsu lah untuk kehidupan nyata diatas.
TAMAT
*Penulis adalah mahasiswa FISIP UB Program Studi Psikologi angkatan 2008
dan merupakan kader HMI K ISIP Brawijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar