Jumat, 21 September 2012

Si AMIN


Oleh : Ardy Fazri Maulana*

Suatu Awal terlihat kehidupan yang tentram, serba berkecukupan dan terlihat dua orang yang sedang menjalin hubungan suami istri. Si Amin bekerja sebagai marketing di suatu perusahaan besar di suatu kota. Senja adalah pacar sekaligus telah menjadi istri Amin. Setiap harinya sibuk dan setiap pulang kerja ia selalu mengeluhkan apa-apa yang telah dialaminya. Senja selalu mendinginkan hati Amin dikala pikirannya berapi-api.  Ketika itu ada surat kabar yang menggambarkan bahwa ada seorang pemuda gelandangan umur 20 th meniggal dunia di siku tepi jalan yang sepi, Memang sangat mengenaskan di tengah-tengah kota ada peristiwa seperti itu. Disisi lain Amin berjalan pulang kerumahnya dengan senang hati membawa oleh-oleh untuk istrinya karena mendapat bonusan dari perusahaannya, lalu ia berpesta dalam rumahnya merayakan kesuksesannya dengan istrinya.

Terdapat rumah Kumuh di tengah-tengah perkotaan dihimpit oleh gedung-gedung besar. Ada seorang ibu menunggu anaknya, karena anaknya seperti biasa akan memberikan uang dari hasil kerjanya sebagai pengamen. Dihari selanjutnya ia bercerita kepada tetangganya bahwa akhir-akhir ini anaknya tidak membawa uang, maksimal dia membawa gorengan dari temannya. Diapun (ibu) bercerita bahwa anaknya sulit dibangunkan, dan kalau dibangunkan dia marah-marah, tanpa alasan yang jelas. Besok harinya dikabarkan anaknya meninggal di siku jalan sehabis mengamen, teman-temannya tidak  tahu menahu sebelumnya ia kemana saja.

Semua teman pengamennya mengaku kalau si anak ibu itu pernah bercerita kepadanya bahwa dia pernah mengalami mimpi indah dengan seorang wanita gara-garanya ia melihat tetangganya Si Diding sedang berboncengan dengan wanita cantik  yaitu pacarnya Diding, sehingga terbawa ke mimpi si Amin , saking kepinginnya seperti tetangganya yang notabene seorang eksekutif muda yang secara otomatis mudah menggaet wanita yang mereka inginkan. Dan ibunya bertanya “lalu mengapa anakku 2 minggu ini emosinya labil?” lalu teman amin menjawab  ia membeli obat tidur yang tak terhitung jumlahnya untuk berusaha mencoba peruntungan agar mendapatkan mimpi indahnya dengan seorang wanita yang selalu ia banggakan dan tak lupa pekerjaan impiannya.

Dan yang memakai Topi, ibuk anak itu dan teman pengamen yang meninggal itu karena over dosis gara-gara meminum obat secara berlebihan itu adalah “Si Amin”, ya itu lah dia pemuda yang mempunyai harapan besar, mempunyai impian tinggi yang tak disertai dengan Fasilitas yang cukup. Suatu kemauan Amin yang sangat tinggi itu terjadi karena Kesenjangan Sosial yang sangat ketara diantarakeduanya yaitu si miskin dan si kaya. Ini kisah mimpi, ini kisah tentang keinginan diperlakukan sama, BUKAN kisah Cinta. Tidak ada gesekan cinta disini, yang terjadi hanyalah keinginan mencintai di ruang dan waktu yang tidak nyata. Kerelaaan Ruang mimpi harapan yang sampai-sampai tidak memberi nafkah kepada ibunya, tidak memperhatikan kesehatannya, tidak kenyataan lagi dalam berfikir. Inikah yang namanya cinta, pengorbanan? Palsu lah untuk kehidupan nyata diatas.

TAMAT

*Penulis adalah mahasiswa FISIP UB Program Studi Psikologi angkatan 2008
dan merupakan kader HMI K ISIP  Brawijaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar