Kamis, 06 September 2012

#MenolakLupa


Oleh : Didit Haryadi*
Menolak Lupa sewindu kasus kematian Munir (7 September 2004) 
Masalah kemanusiaan sudah ada dan muncul sejak manusia berada di Bumi dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sejarah peradaban manusia. Banyak negara-negara didunia yang menjunjung tinggi keberadaan hak azasi manusia sebagai agenda utama dan harus menjadi isu global yang harus segera diselesaikan.
Republik merah putih yang berhasil memerdekakan diri sejak 17 Agustus 1945 silam aalah salah satu bangsa yang memiliki catatan “gelap” tentang penegakan hak azasi manusia bagi kaum minoritas. Negeri ini juga terkadang mempraktikkan drama pelegalan otoritas untuk pelanggengan kekuasaan (status quo). Hal tersebut banyak terjadi pada rezim orde baru dan akhirnya menemui titik jelas pada 1998 yakni dengan hadirnya ode yang semoga saja tidak telat, Reformasi. Meskipun hingga kini masih terus saja berupaya menjadi lebih baik dan menyembuhkan luka yang terlampau bercampur dalam darah seraya mendesir sebagai sebuah dendam. 
Deretan angka, fakta, dan sejarah tentang pengekangan terhadap HAM di Indonesia sudah menjadi tinta sejarah yang telah tertanam dalam ingatan hingga anak cucu kelak. Namun, ada sosok seorang warga sipil yang sangat berani untuk memperjuangkan HAM bagi kaum minoritas dan mereka yang terpinggirkan. Sosok itu bernama Munir Said Thalib.
Pejuang HAM Indonesia

Munir dikenal sangat lantang dalam menyuarakan ketidakadilan bagi kaum minoritas dan menjadikannya sangat disegani oleh orang-orang ataupun kelompok yang mungkin saja tidak menyukainya. “Tak pernah terdengar ia merasa letih. Mungkin sebab ia tahu, di tanah air ini harapan sering luput dari pegangan, dan ia ingin memungutnya kembali cepat-cepat, seakan-akan berseru, “Jangan kita jatuh ke dalam kelam!” (Goenawan Mohammad).

Seruan untuk #MenolakLupa tentang pasca misteri kematian Munir pada 7 September 2004 terus didengungkan dan diperjuangkan oleh mereka yang peduli tentang penegakan HAM. Mereka menyerukan dan berdo’a seraya berharap akan segera hadir kejelasan tentang dalang dan pelaku pembunuhan Munir yang terjadi Di Udara pada sewindu yang lalu. Munir diracun Di Udara saat perjalanan dari Jakarta  menuju Amsterdam (Belanda). Saat itu Munir berangkat ke Belanda untuk menempuh studi S2 bidang hukum di Utrecht. Beberapa pelaku telah dihukum. Namun dalang utama dibalik konspirasi besar kasus kematian Munir sampai saat ini belum juga terungkap, termasuk keengganan penguasa di negeri merah putih untuk segera menuntaskan kasus tersebut. 
Deretan kasus yang pernah ditangani oleh Munir diantaranya Penasehat Hukum dan anggota Tim Investigasi Kasus Fernando Araujo, dkk, di Denpasar yang dituduh merencanakan pemberontakan melawan pemerintah secara diam-diam untuk memisahkan Timor-Timur dari Indonesia; 1992 , Penasehat Hukum Kasus Jose Antonio De Jesus Das Neves (Samalarua) di Malang, dengan tuduhan melawan pemerintah untuk memisahkan Timor Timur dari Indonesia; 1994 , Penasehat Hukum Kasus Marsinah dan para buruh PT. CPS melawan KODAM V Brawijaya atas tindak kekerasan dan pembunuhan Marsinah, aktifis buruh; 1994, Penasehat Hukum masyarakat Nipah, Madura, dalam kasus permintaan pertanggungjawaban militer atas pembunuhan tiga petani Nipah Madura, Jawa Timur; 1993, Penasehat Hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan dalam kasus perburuhan PT. Chief Samsung; 1995, Penasehat Hukum bagi 22 pekerja PT.Maspion dalam kasus pemogokan di Sidoarjo, Jawa Timur; 1993, Penasehat Hukum dalam kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta; 1997-1998, Penasehat Hukum kasus penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi Semanggi I dan II; 1998-1999, dan beberapa kasus lainnya (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Munir_Said_Thalib)

Semoga bangsa ini tidak tidur lelap dalam balutan dosa atas penegakan HAM yang belum sepenuhnya tuntas. Bangsa ini tidak bodoh! Bangsa ini sepenuhnya paham tentang dalang dibalik konspirasi besar ini, dan upaya untuk menuntaskan kasus Munir harus mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Mungkin kelompok yang masih peduli untuk terus  #MenolakLupa dalam penuntasan kasus Munir akan terus berjuang hingga menemui titik terang yang sebenarnya. Mereka tidak akan pernah tidur dan terus Membaca Gejala Dari Jelaga.
“Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya . (Minke, 135) – Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer)

Aku sering diancam juga teror mencekam
Kerap ku disingkirkan sampai di mana kapan
Ku bisa tenggelam di lautan aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
tapi aku tak pernah mati tak akan berhenti
Aku sering diancam juga teror mencekam                     
Ku bisa dibuat menderita aku bisa dibuat tak bernyawa
di kursi-listrikkan ataupun ditikam

tapi aku tak pernah mati tak akan berhenti
tapi aku tak pernah mati tak akan berhenti

Ku bisa dibuat menderita aku bisa dibuat tak bernyawa
di kursi-listrikkan ataupun ditikam
Ku bisa tenggelam di lautan aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
tapi aku tak pernah mati
tak akan berhenti

(Di Udara – Efek Rumah Kaca)


*Penulis adalah mahasiswa FISIP Angkatan 2005
alumni HMI K ISIP UB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar